Sumber: http://www.bolanews.com/edisi-cetak/profil.htm
Selasa 03 Juli 2007
Sosok Hangat dari Amarante
Di atas lapangan, sosok Ricardo Carvalho mungkin terlihat ketus dan agak sangar. Padahal watak aslinya tidak demikian. Carvalho begitu karena ia selalu berkonsentrasi dan tak pernah kompromi mengawal lini belakang Chelsea atau timnas Portugal.
Ricardo Carvalho, menikmati kunjungan ke Jakarta. |
“Wah, ternyata Carvalho tidak seseram seperti yang terlihat di televisi. Lebih ganteng malah,” ujar seorang wartawati sembari nyengir. Carvalho memang terlihat lebih klimis dan tampan dengan rambut ikal rapi.
Meski terlihat kepanasan selama melakoni rangkaian tur tiga hari (29 Juni - 1 Juli) di ibu kota, Pesepakbola Terbaik Portugal 2003 itu selalu melemparkan senyum manis, baik saat dikerubuti para fan, berdialog dengan para pejabat, ataupun menjawab pertanyaan jurnalis.
Senyuman dan sikap santainya terlihat sejak ia mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (29/6) malam. Begitu pula saat melawat ke Redaksi BOLA di Palmerah, Minggu (1/7). Pria Taurus ini dengan sabar meladeni wawancara dan sesekali mengedipkan sebelah matanya.
“Saya memang santai dan tak terlalu suka protokol. Saya juga senang dikerubuti penggemar,” ujarnya. “Itu ada hubungannya dengan impian masa kecil. Dulu saya juga girang kalau bisa berjumpa atlet tenar. Karena itu, saya sekarang berusaha membagikan kebahagiaan yang sama.”
Promosikan Indonesia
Alasan kedatangan Carvalho ke Jakarta adalah dalam rangka gebyar Piala Asia, yang akan bergulir mulai 7 hingga 29 Juli. Ia pun mengaku menikmati kunjungannya.
“Saya senang sekali bisa menginjakkan kaki di sini. Semua orang memperlakukan saya dengan istimewa dan saya merasa tersanjung,” tuturnya dalam jumpa pers di Taman Menteng, Sabtu (30/6), sembari mengucapkan kata ‘terima kasih’ dalam bahasa Indonesia.
Pria berusia 29 tahun yang datang atas undangan Telkomsel itu mengaku baru pertama kali melakukan kunjungan ke negara Asia. “Saya memang pernah transit di Asia. Tapi, itu tentu tidak masuk hitungan. Indonesia adalah negara Asia pertama di mana saya bisa berkeliling dan bertemu para fan dan masyarakat setempat.”
“Yang jelas saya berharap Indonesia selaku tuan rumah Piala Asia bisa menggapai prestasi memuaskan. Saya mendoakan kesuksesan timnas kalian,” imbuhnya seperti diterjemahkan oleh Magdalena Pereira, staf kedutaan Portugal di Jakarta.
Carvalho pun berjanji bakal mempromosikan Indonesia. “Sejak kecil saya mengidam-idamkan melakukan sesuatu yang berguna, yang berharga bagi orang lain, di suatu tempat yang jauh dari kampung halaman,” paparnya. “Rasanya itu mulai jadi kenyataan.”
“Lagipula, tak kenal maka tak sayang. Sekarang saya tahu banyak tentang negeri Anda dan pasti saya bisa menceritakan banyak hal positif tentang Indonesia.”
Obrigado, meu amigo. Terima kasih, kawan! (Barry Manembu/Foto: Peksi Cahyo/BOLA)
Ricardo Carvalho
Lahir: 18 Mei 1978 di Amarante, Portugal
Usia: 29
Tinggi: 184 cm
Berat: 79 kg
Posisi: Bek Tengah
Klub: Chelsea
Klub Sebelumnya: Porto
Nilai Transfer: 19.850.000 pound
Nomor: 6
Klub Junior: Leca
Karier Pro:
1998-1999 FC Porto
1999-2000 Setubal
2000-2001 Alverca
2004- Chelsea
Penampilan Timnas: 38 (4 gol)
Debut Timnas: 11 September 2003, Portugal vs Albania
Prestasi:
-Juara SuperLiga Portugal 2003 (Porto)
-Juara Piala Portugal 2003 (Porto)
-Juara Piala UEFA 2003 (Porto)
-Juara SuperLiga Portugal 2004 (Porto)
-Juara Liga Champion 2004 (Porto)
-Juara Premiership 2005 (Chelsea)
-Juara Premiership 2006 (Chelsea)
-Juara Piala FA 2007 (Chelsea)
Penghargaan:
-Pemain Terbaik Portugal 2003 (Porto)
-Bek Terbaik Liga Champion 2003/04 (Porto)
Tak Menyangka Disambut Meriah
Carvalho mendarat di Jakarta pada Jumat (29/6) dengan disambut meriah oleh anak-anak Chelsea Indonesia Suporters Club (CISC). Tidak seperti reaksi Cristiano Ronaldo, yang memasang muka tegang kala diserbu penggemarnya di Aceh pada medio 2005, Carva justru menebar senyum dan tetap rileks di tengah ingar bingar teriakan “Carvalho! Carvalho!”.
Kilatan lampu dari sejumlah kamera yang mengikuti langkahnya juga tidak membuatnya jengah. Pemain berambut ikal yang kerap disamakan dengan sosok bek Portugal, Fernando Couto, ini bahkan sempat mengedipkan sebelah mata kala disapa BOLA.
Kegarangannya di lapangan setiap kali menghentikan aksi para penyerang berkualitas wahid di Liga Champion dan Premiership seakan sirna tak berbekas. Saat kembali menyapa CISC dan JakMania di Taman Menteng keesokan harinya, pribadinya yang hangat dan bersahaja kian kentara.
Lelaki berusia 29 tahun itu terlihat sabar di tengah sengatan udara panas dalam rentetan prosesi protokoler siang hari itu. “Saya tidak menyangka sambutan akan semeriah ini. Ini pengalaman yang tidak akan terlupakan,” katanya.
Bek terbaik di Liga Champion 2003/04 ini juga merupakan pria rendah hati.
Meski dirinya masuk nominasi pemain Chelsea terbaik di musim 2006/07, yang akhirnya dimenangi Michael Essien, Carva tetap menjagokan rekan klubnya yang lain sebagai pemain terbaik “Untuk saya, pemain terbaik Chelsea saat ini adalah Didier Drogba,” sebut lelaki kelahiran Amarate ini.
Ketika BOLA menanyakan mengenai kemungkinan dirinya ikut pindah bersama Jose Mourinho bila sang pelatih meninggalkan Chelsea, jawabannya pun sungguh diplomatis. “Ya, harus diakui Jose Mourinho adalah pelatih terbaik di dunia, setidaknya untuk saya. Saya berkembang sebagai pemain di Porto dan Chelsea di bawah Jose. Tapi, sebagai pribadi mandiri saya juga harus siap menghadapi pilihan berbeda dengannya di suatu saat nanti,” tandasnya seraya tetap tersenyum. (toen)
Menghargai Perjuangan
“Siapa? Martunis? O ya, kami waktu itu ingin sekali menemuinya dan harapan bertemu langsung akhirnya bisa terpenuhi. Secara pribadi, saya amat menghargai perjuangannya untuk bertahan hidup. Ia jelas anak yang luar biasa,” ungkap Carvalho lewat penerjemah Magdalena Pereira.
Itulah jawaban Carvalho ketika BOLA menanyainya soal Martunis, bocah ajaib asal Aceh yang lolos dari terjangan bencana Tsunami pada akhir 2004 kala dirinya tengah mengenakan kaus timnas Portugal.
Pertemuan Martunis-Carvalho terjadi pada Juni 2005 di Lisabon, ketika sang bocah bertemu skuad Portugal, yang bersiap menghadapi Slovakia di kualifikasi Germany 2006. Meski dua tahun sudah berlalu, Carva tidak melupakan pertemuan tersebut.
Kendati sempat mengerutkan dahi ketika nama “Martunis” disebut, ketika kata “Aceh” disebut Magdalena, ternyata Carvalho langsung mengingat semuanya. Apresiasi tinggi sang pemain soal perjuangan hidup seorang anak ini tidak lepas dari masa kecil Carva sendiri.
“Saya sangat beruntung bisa menjadi pemain profesional di klub sebesar Chelsea. Semua ini sesuai cita-cita saya sejak kecil yang ingin menjadi pemain yang bagus dan tampil di tim nasional. Semua itu butuh kerja keras dan saya senang dengan apa yang sudah saya capai, meski karier saya belum berakhir,” terangnya.
Tak bisa disangkal bahwa pemain bernama lengkap Ricardo Alberto Silveira Carvalho ini memang menyukai anak-anak. Saat menunggu iring-iringan mobil yang akan membawanya meninggalkan Taman Menteng untuk kembali ke hotel, Carva pun menyempatkan diri menandatangani buku, poster, maupun kertas-kertas yang disodorkan anak-anak. Ia bahkan sempat melakukan “tos” dengan beberapa di antaranya. (toen
0 comments:
Post a Comment