Popular Post

Sugeng Rawuh ---> Welcome ---> Ahlan wa Sahlan ---> Selamat Datang di Ngroto,Gubug,Grobogan
CahNgroto.NET

Tuesday, January 16, 2007

Hindari Arogansi

Usul Usil
Sigit Nugroho
http://www.bolanews.com/edisi-cetak/usul.htm

Hindari Arogansi

Apa betul Piala AFF berjalan sesuai standar lima edisi terdahulu? Jawabannya bisa ada dua macam. Secara kasat mata, jelas ada penurunan citra cukup signifikan. Bagaimana sebuah pesta antarnegara se-ASEAN dibilang meriah jika gemanya saja sejalan dengan minimnya promosi?
Jika dulu beberapa bulan sebelum acara dimulai sudah ada warming-up berupa berbagai media promosi, kini tidak ada lagi. Di Indonesia dan Vietnam masih mending karena media cetak maupun elektronik gencar menggarap persiapan negaranya yang akan turun di Piala AFF. Maklum, masyarakat di kedua negara itu memang gila bola.
Di Thailand dan Myanmar, situasinya mirip, meskipun tak setajam Indonesia-Vietnam. Tapi, bagaimana dengan negara-negara anggota AFF lain?

Kurang Gema
Di Singapura sekalipun--yang notabene menjadi tuan rumah Grup B--gema Piala AFF amat lemah. Beberapa supir taksi malah balik bertanya, “Ada perlawanan?” saat saya bicara seputar Piala AFF, Jumat lalu.
Bagaimana situasi di lapangan? Idem ditto. Sehari sebelum pertandingan tidak ada tanda-tanda Stadion Nasional akan dipakai ajang internasional. Kata John Koh, salah satu tokoh sentral FAS, persiapan akan dikebut dalam sehari.
Betul saja. Bahkan satu jam sebelum kick-off laga Indonesia vs Laos, beberapa panitia baru memasang tanda petunjuk dan flyer iklan di pintu-pintu masuk stadion!
Oke, itu gaya Singapura yang serbapraktis dan ekonomis. Maklum, di salah satu negara dengan ongkos kehidupan mahal ini, pola itu cocok. Tapi, saya yakin, dengan tatanan begitu, nilai jual turnamen bisa anjlok.
Orang AFF berkilah toh kualitas pertandingan tetap terjaga. Nah, ini saya sepakat. Dalam kasus sulitnya Laos dikalahkan Indonesia, bisa jadi ada dua analisis. Indonesia melemah atau Laos kian kuat. Yang pasti, berkat babak kualifikasi, ada aroma persaingan seru di ajang dengan format ringkas ini.

Awal Arogansi

Sisi positifnya, konfederasi ASEAN ini tidak cengeng hanya gara-gara ditinggal bir berlogo macan. Setipis apa pun pelurunya, Datuk Poul Mony dkk. tetap maju.
Setidaknya lembaga yang berdiri pada 31 Januari 1984 ini ingin bicara sesuatu. Mereka masih bisa menyisir wilayah bisnis yang luput dari garapan AFC (berdiri 1954). Nah, tinggal kita nanti daya tahan AFF kelak.
Jika konsisten dan inovatif, turnamen ini akan layak jual pada nilai tertinggi. Tapi, jika dibalut sikap arogan, berbagai keunggulan itu akan luntur secepatnya. Seorang sumber dari Tiger Beer menyebut mereka mundur lantaran AFF arogan.
Paket senilai satu juta dolar AS pada gelaran edisi pertama digenjot sampai 2,1 juta dolar pada ajang serupa tahun 2004. Nah, saat AFF merasa jadi primadona, konon mereka menjual paket 2006/2007 senilai 2,8 juta dolar AS atau senilai Rp 25,2 miliar. Take it or leave it?
Nyatanya: bye, bye. Mending ikutan jadi sponsor England Premiere League. Bir Chang saja hanya butuh satu juta dolar AS untuk dipajang di kostum Everton selama semusim. Begitulah kira-kira ending buruk buat lembaga yang terlalu percaya diri.

0 comments:

Iris : GGD

And i don't want the world to see me, 'cause i don't think that they'd understand, when everything's made to be broken, i just want you to know who i am,,,

My Project

Recent Post