Popular Post

Sugeng Rawuh ---> Welcome ---> Ahlan wa Sahlan ---> Selamat Datang di Ngroto,Gubug,Grobogan
CahNgroto.NET

Thursday, January 4, 2007

Pembangunan Olahraga Indonesia

Dato’ Dr. Leonard Andrew de Vries
.....................


Pembangunan Olahraga Indonesia
Perlu Political Will dan Sinergi Antar-Lembaga

Pandai memilih kata-kata yang bernas. Itulah karakteristik arsitek kemajuan olahraga di Malaysia, Dato’ Dr. Leonard Andrew de Vries (72). Ia berpengalaman menjadi guru pendidikan jasmani dan olahraga selama 50 tahun. Dato’ de Vries meraih gelar doktor pendidikan (Ed.D.) dari Columbia University (AS) pada 1975. Pokok-pokok pemikiran Dato’ de Vries tentang bagaimana cara memajukan olahraga di Malaysia disampaikan kepada wartawan BOLA Eko Widodo dalam dua kesempatan di sela-sela International Sports Science Conference (ISSC) di Hotel Marriott Putrajaya, Putrajaya, Malaysia, Desember 2006.


***


“Halo, apa kabar anak muda dari Indonesia? Apa yang sedang terjadi dengan olahraga di negaramu? Kok hanya memperoleh dua keping medali emas di Asian Games Doha lalu? Ayo, nak. Sebagai wartawan olahraga sekaligus kandidat doktor olahraga, kamu harus sampaikan beberapa pokok pemikiran saya agar prestasi olahraga Indonesia tidak semakin tenggelam. Ingat, Indonesia punya potensi keolahragaan sangat besar!

Nak, saya beruntung diminta menjadi konsultan pembangunan olahraga di Thailand. Thailand memiliki konsep yang jelas mengenai pendidikan jasmani dan olahraga. Olahraga di Thailand bisa sukses seperti sekarang karena mereka memiliki akar rumput yang kuat, yakni pendidikan jasmani yang konsisten di sekolah serta masyarakat yang giat berolahraga.

Lewat pendidikan jasmani yang serius dijalankan Departemen Pendidikan sejak sekolah dasar sampai universitas, kami menemukan bibit-bibit atlet. Agar bibit-bibit itu muncul, tentu diperlukan kurikulum yang jelas mengenai pendidikan jasmani (penjas), tenaga pengajar penjas yang kapabel, fasilitas olahraga di sekolah-sekolah, dan adanya kegiatan pertandingan serta aktivitas olahraga baik, internal (intramural) maupun antarsekolah (ekstramural).

Dasar Sukan Negara Malaysia 1988 tegas-tegas mengkategorikan olahraga dalam dua bagian, yakni ”sukan untuk semua (sport for all)” dan ”sukan prestasi tinggi”. Sukan untuk semua mencakup dua hal, yakni olahraga pendidikan dan olahraga rekreasi, sedangkan sukan prestasi tinggi mencakup olahraga amatir dan olahraga profesional.

Dalam konvensi olahraga nasional di Langkawi 11-13 April 1996, muncullah 10 konsep pendekatan sains dan teknologi untuk pengembangan olahraga di Malaysia. Dengan bekal itulah, olahraga Malaysia dibangun. Kami membangunnya pelan-pelan, tidak instan, namun konsisten sebab pemerintah Malaysia menyadari bahwa pembangunan olahraga sama pentingnya dengan ekonomi, perumahan rakyat, pendidikan, dll.

Olahraga dengan pendidikan dalam Dasar Sukan Negara Malaysia menitikberatkan pada keterampilan, strategi, dan pengetahuan olahraga pelajar lewat pendidikan. Pengetahuan dan kemampuan berolahraga dipandu menggunakan kurikulum yang telah ditetapkan. Olahraga dengan pendidikan dilaksanakan di sekolah negeri maupun swasta sejak prasekolah, sekolah menengah pertama, SMA, perguruan tinggi, dan universitas.

Olahraga rekreasi adalah aktivitas olahraga yang diselenggarakan untuk menggalakkan minat dan kegembiraan pelakunya. Olahraga rekreasi terbagi dalam lima kelompok yakni (1) olahraga instruksional, (2) informal, (3) intramural, (4) ekstramural, (5) olahraga di klub. Bentuk permainan di setiap bagian tidaklah sama, bergantung pada kemampuan para pesertanya.

Fokus olahraga amatir adalah membimbing atlet mencapai prestasi tertinggi. Menjadi juara adalah tujuan utama olahraga amatir. Peserta olahraga amatir di bawah bimbingan pelatih selalu mengutamakan pencapaian prestasi maksimal. Olahraga amatir mendapat dukungan dari pemerintah dan memperoleh bantuan keuangan negara.

Olahraga profesional adalah olahraga komersial yang menekankan pada unsur hiburan dan menyediakan hadiah uang bagi sang juara. Peserta boleh didukung perusahaan-perusahaan swasta. Berolahraga adalah pekerjaan utama atlet profesional. Penonton adalah faktor penting dalam olahraga profesional sebab penjualan tiket pertandingan amat mempengaruhi bisnis ini.

Kunci yang tidak kalah penting adalah kerja sama dan komunikasi antarlembaga terkait. Olahraga tidak hanya menjadi tanggung jawab kementerian olahraga, tapi harus menjadi political will dari pemerintah. Sekarang saya sedang menggarap pembangunan olahraga di Brunei Darussalam dan Singapura. Pendekatannya tidak jauh berbeda dengan yang saya lakukan di Malaysia dan Thailand.

Olahragakan Masyarakat

Dibandingkan Malaysia, minat masyarakat Indonesia berolahraga pasti lebih besar. Kami harus bekerja ekstrakeras meyakinkan masyarakat agar melakukan aktivitas olahraga (sports for all). Masyarakat yang giat berolahraga merupakan modal tersendiri bagi pembangunan olahraga di sebuah negara sekaligus investasi intangible sumber daya masyarakat.

Sebagai guru pendidikan jasmani, saya melihat tiga hal yang harus dibangun serentak, yakni sport for all, elite sport, dan sport industry. Masyarakat yang aktif berolahraga pasti akan memberikan dukungan kepada anak atau sanak keluarganya saat mereka menekuni olahraga yang diminati. Atlet yang berbakat yang merupakan produk masyarakat dan sekolah, dimasukkan dalam kategori elite sport.

Mereka yang masuk kategori elite sport dipersiapkan mengharumkan nama bangsa Malaysia lewat olahraga. Merekalah ujung tombak dalam pesta olahraga multicabang. Prestasi di multicabang akan mengangkat kebanggaan orang terhadap olahraga. Jika kondisi itu terus terpelihara, secara otomatis industri olahraga akan berjalan. Jadi, jangan pernah berharap industri olahraga akan berjalan mulus tanpa memiliki iklim kondusif lewat masyarakat yang aktif berolahraga dan mempunyai prestasi olahraga internasional.

Bagaimana menggerakkan masyarakat agar berolahraga? Itu adalah hal spesifik di setiap negara. Namun, harus ada campur tangan pemerintah agar masyarakat Indonesia bergiat olahraga. Menurut dugaan saya, masyarakat Indonesia pasti sedang mengalami penurunan aktivitas berolahraga (BOLA akhirnya memberikan informasi bahwa berdasarkan data Sports Development Index/SDI keluaran Menegpora, dugaan Dato’ de Vries tepat).

Kontribusi Perguruan Tinggi

Nak, sekarang saya mau tanya. Sejauh mana kontribusi perguruan tinggi negeri maupun swasta di Indonesia terhadap perkembangan olahraga? Apakah perguruan tinggi dan universitas melakukan riset-riset unggulan untuk cabang olahraga andalan Indonesia?

Di Malaysia, universitas dan perguruan tinggi menunjukkan kepedulian yang besar pada olahraga. Kami fokus pada 13 cabang olahraga yang bisa memberikan medali bagi Malaysia di pesta olahraga regional maupun internasional. Mereka melakukan kajian-kajian dan riset terhadap cabang olahraga yang diminati. Targetnya, pada 2008 sekitar 30% perguruan tinggi dan universitas menjadi pusat penelitian untuk cabang-cabang olahraga unggulan.

Kami menggunakan pendekatan sains olahraga untuk cabang-cabang unggulan itu. Para pakar sains olahraga kami siapkan untuk masing-masing induk organisasi olahraga. Di masing-masing negara bagian, kami mendirikan lembaga kajian sains olahraga dan manajemen olahraga. Tentu saja kami melibatkan perguruan-perguruan tinggi di negara-negara bagian itu.

Jadi, lakukanlah penelitian-penelitian olahraga yang aplikatif untuk cabang-cabang yang dikuasai Indonesia, layaknya yang dilakukan Malaysia saat ini. Bagi saya, adanya pendekatan sains olahraga dan banyaknya penelitian aplikatif akan berdampak pada revolusi pemikiran, perilaku, dan aksi insan olahraga di Malaysia di masa depan.

Revolusi pemikiran itu akan terjadi dalam tataran budaya olahraga, intelektualitas, dan sportivitas. Sportivitas dan intelektualitas yang mengakar pada diri pelaku olahraga Indonesia, baik sekadar penggembira maupun atlet, adalah modal berharga bagi perkembangan olahraga masa depan Indonesia.

Nak, saya tahu tak mudah dikau mencerna dan merealisasikan pemikiran-pemikiran idealis di atas. Untungnya, pemikiran-pemikiran idealis kami ini didukung komitmen yang kuat dari pemerintah Malaysia dan Thailand untuk menempatkan pembangunan olahraga di tempat terhormat dalam skala prioritas pembangunan negara. Sebagai wartawan olahraga, dikau pasti tahu prestasi Malaysia dan Thailand di SEAG, Asian Games, maupun Olimpiade, bukan?

Singapura dan Brunei Darussalam tengah melakukan itu. Mereka tak suka instan dan menghargai proses dan mereka akan memanennya beberapa tahun kemudian lewat prestasi. Apakah Indonesia tetap berdiam diri melihat pembangunan olahraga yang dilakukan negara-negara sesama Asia Tenggara itu? Ayo, nak. Bangunkan olahraga Indonesia! (Dato’ de Vries tiba-tiba menepuk pipi wartawan BOLA sambil tersenyum sebelum meninggalkan ruang utama Hotel Marriott Putrajaya. )”

1 comments:

Francis Weiss said...

Thanks for thiis blog post

Iris : GGD

And i don't want the world to see me, 'cause i don't think that they'd understand, when everything's made to be broken, i just want you to know who i am,,,

My Project

Recent Post